Advertisement

Ditulis oleh Roy Satyanusa
Disunting oleh Imron Ramadhan

Inspirasi itu milik semua orang. Inspirasi juga bisa datang dari siapapun, terlepas dari latar belakang suku, agama, ras, adat-istiadat, sosial, dan ekonomi. Anda bisa menjadi inspirasi bagi orang lain dan sebaliknya pula, Anda juga bisa memperoleh inspirasi dari orang lain.

Terkadang, orang-orang yang keberadaannya seringkali luput dari pandangan mata kita malah bisa memberikan inspirasi dan pelajaran untuk kita semua.

Sosok-sosok inspiratif berikut dari Kota Bandung ini mungkin bukanlah sosok yang terkenal seperti motivator ataupun selebritis, tetapi kita bisa belajar dari mereka, bahwa hidup itu merupakan suatu anugerah yang harus disyukuri sekaligus perjuangan yang harus dijalani.

Di tengah keterbatasannya, mereka tidak lelah untuk berjuang. Mereka memilih untuk bekerja dan berusaha ketimbang mengemis. Sungguh suatu hal yang bisa mengharukan sekaligus menginspirasi kita semua bahwa hidup itu harus disyukuri dan dijalani dengan baik.

Inilah 9 kisah inspiratif tentang orang-orang yang berani berjuang di tengah keterbatasan, siapa tahu saat liburan ke Bandung nanti, Anda bisa meluangkan waktu untuk bertemu dan membantu mereka.

1. Gangguan penglihatan tak membatasi semangatnya: Pak Yono, Penjual Kumbang

Di usia yang sudah cukup senja, Pak Yono tetap semangat untuk berjualan di tengah keterbatasannya demi menafkahi keluarga dan biaya hidup sehari-hari. Pak Yono tinggal di rumah kontrakan dengan harga Rp400.000/bulan dan  memiliki keterbatasan penglihatan sehingga harus segera dioperasi.

Photo by an99ie_cnd

Di mana? Berdasarkan penuturannya, beliau biasa berdagang di daerah Kiara Condong, Bandung, tetapi tidak menetap di satu tempat karena beliau juga berjualan di dekat sekolah-sekolah.

Ingin membantu? Bagi Anda yang tengah berada di Bandung dan melihat sosok Pak Yono, tidak ada salahnya untuk membeli dagangannya. Cukup membayar Rp1.000 untuk kumbang berukuran kecil dan Rp2.000 untuk kumbang berukuran besar. Jika Anda ingin sekalian membeli rumah kumbangnya, harganya pun masih tergolong murah yakni, hanya Rp10.000 dan Rp15.000.

2. Tua namun masih kreatif: Aki, Pedagang Kerajinan Tangan

Cuaca terik tak pernah menyurutkan semangatnya untuk berdagang. Usianya yang sudah uzur membuatnya dipanggil “Aki” yang artinya “Kakek”. Tapi siapa sangka meski sudah tua renta kreativitasnya tak memudar. Buktinya ia membuat sendiri semua hiasan kerajinan tangan yang dijual di emperan jalan ini.

Photo by rea.thea

Di mana? Salah satu kuliner legendaris di Bandung adalah Bubur Ayam Mang Oyo. Nah, di dekat Bubur Ayam Mang Oyo Cabang Arcamanik, Jl. Arcamanik Endah No. 77, Bandung, itulah Anda bisa menjumpainya tiap hari Minggu.

Ingin membantu? Hargai kreativitasnya dengan membeli hasil kerajinan tangannya yang unik-unik tersebut.


3. Meski fisik terbatas, namun semangatnya setajam pisau: Pak Engkos, Tukang Asah Keliling

Melihat penampilan fisiknya, mustahil Anda tak merasa iba. Namun, begitu tahu tentang usaha dan perjuangannya, dijamin Anda akan sangat salut 100%! Sosok tersebut bernama Bapak Engkos, seorang tukang asah pisau keliling. Di saat sulitnya mencari pekerjaan dan rezeki saat ini, beliau tak pernah menyerah. Dengan keterbatasan fisiknya, beliau senantiasa menjajakan jasanya kepada orang-orang yang sekiranya membutuhkan jasanya.

Photo by hanisahns 

Di mana? Pak Engkos biasa ditemui di dekat Pondok Hijau, KPAD Atas dekat kantor Pemasaran, Gegerkalong, Bandung. Jika bingung, jangan ragu untuk bertanya kepada orang-orang yang ada di sekitar wilayah tersebut.

Ingin membantu? Pisau di rumah Anda tumpul? Daripada beli baru, tak ada salahnya untuk meminta tolong kepada Pak Engkos untuk mengasahnya menjadi tajam kembali. Indah bukan jika hidup saling tolong-menolong?

4. Tetap berusaha meski di usia senja: Emak Sayi

Begitu memasuki usia senja, kebanyakan orang akan memilih untuk berkumpul dengan anak cucu dan menikmati sisa usia dengan melakukan hal-hal yang ringan dan santai. Namun tak begitu dengan Emak Sayi, di usia 80 tahun ia masih bersemangat untuk membantu menafkahi keluarganya dengan berjualan surabi tanpa sedikitpun mengeluh.

Photo by galuhginanjar19 

Di mana? Anda bisa menjumpai beliau berjualan surabi di depan GOR Citra, Jl. Cikutra Bandung, tepatnya di belakang Masjid Baitun Nur.

Ingin membantu? Kalau kebetulan Anda berada di daerah Cikutra, singgahlah untuk membeli dagangan beliau yang murah namun cukup lezat. Satu buah surabi dibanderol Rp2.000 saja, sedangkan untuk surabi telor harganya Rp5.000.

5. Menyambung hidup lewat kerenyahan dorokdok: Ibu Popon, Pedagang Kerupuk

Apakah Anda doyan ngemil? Kalau ke Bandung, jangan lupa mencoba ‘dorokdok’ alias kerupuk kulit khas Bandung yang renyah dan gurih. Camilan itulah yang dijual hampir setiap hari oleh Ibu Popon, seorang wanita tua yang meskipun tampak ringkih, namun senantiasa ramah terhadap siapapun.

Photo by ketimbang.ngemis

Di mana? Ibu Popon biasa berjualan dorokdok di Jalan Dalem Kaum, dekat alun-alun Bandung, tepatnya di emperan jalan samping Dunkin Donuts.

Ingin membantu? Kalau Anda hobi belanja kain, pasti daerah Dalem Kaum di Bandung ini cukup familiar. Jangan lupa mampir ya! Satu bungkus kerupuk kulitnya hanya dijual Rp3.000 saja kok. Sstt… kata orang-orang, rasanya enak lho!

6. Giat berjualan untuk mengobati sang suami: Mak Uju, Penjual Camilan

Biasanya suami menjadi tulang punggung keluarga, namun tidak demikian dengan Mak Uju. Karena sang suami sudah sering sakit-sakitan, terpaksa di usia 70 tahun Mak Uju harus mencari uang dengan berdagang aneka camilan meski penghasilan tak menentu. Ia tinggal di sebuah kontrakan seharga Rp165.000/bulan.

Photo by shanghaiofficial

Di mana? Mak Uju sudah berjualan aneka camilan keripik di sekitaran Bank Mandiri Metro, Jl. Soekarno Hatta No. 638, Bandung selama 5 tahun lebih.

Ingin membantu? Selain dengan cara memborong dagangannya, Anda juga bisa memberikan donasi langsung kalau kebetulan bersua dengannya.

7. Mengais sampah demi sesuap nasi: Mak Nani, Pengumpul Botol Bekas

Buat kebanyakan orang, botal plastik bekas minuman adalah benda tak berguna yang dibuang ke tempat sampah. Namun bagi Mak Nani, botol-botol bekas tersebut bisa membantunya untuk mengisi perut sehari-hari. Maklum, meski sudah renta namun tak dikaruniai anak. Sehari-hari ia mengumpulkan botol plastik bekas dari jalanan dan tempat sampah untuk dijual ke pengepul.

Photo by yunisanuraninisss 

Di mana? Beliau tinggal di dekat rel kereta Cihaliwung, Padalarang, Bandung Barat. Namun ia mencari sampah-sampah plastik hingga ke kawasan sekitar Gedung DPRD Kabupaten Bandung Barat.

Ingin membantu? Anda bisa membantu lewat teman-teman di komunitas Ketimbang Ngemis Bandung, dengan mengirimkan donasi lewat nomor rekening: BRI 428801011129534.

8. Tak menyerah meski tsunami merenggut segalanya: Pak Pratama, Pemulung Barang Bekas

Takdir siapa yang bisa menduga. Pada saat gempa hebat yang mengakibatkan tsunami di Aceh pada tahun 2004 lalu, Pak Pratama kehilangan segalanya: anak, istri, dan tempat tinggal. “Kini saya memilih menikmati hari tua saja dengan menjadi pemulung di Bandung,” ujarnya sambil tersenyum.

Photo by m.atip88

Di mana? Pak Pratama biasa berkeliling di daerah Jalan Pak Gatot Raya, KPAD, Gegerkalong Bandung.

Ingin membantu? Mampir saja ke dekat penjual makanan Khas Makassar di kawasan KPAD Gegerkalong. Ia kerap dijumpai beristirahat di sana antara jam 13.00 – 14.00.

9. Termotivasi untuk mencari uang secara halal: Pak Khumaedi, Pedagang Gurilem

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui penghasilan yang halal, Pak Khumaedi lebih memilih untuk berjualan wajit dan gurilem (camilan khas Bandung) setiap hari Minggu selepas subuh dengan pikulan yang lumayan besar. Di hari Senin – Sabtu beliau mengajar ngaji dan bertani di lahan orang.

Photo by iwakarniwa

Di mana? Bapak yang rambutnya sudah memutih semua ini bisa dijumpai setiap hari Minggu pagi di sekitaran Lapangan Gasibu, Bandung.

Ingin membantu? Selain bisa dengan membeli dagangannya selepas lari pagi di Lapangan Gasibu, Anda juga bisa menggunakan jasanya sebagai guru ngaji.

Mungkin masih ada banyak lagi sosok seperti ini di sekitar kita. Tak hanya di Bandung, tetapi juga di kota-kota lain. Mereka memang terlihat tua, tetapi semangat yang mereka miliki adalah semangat anak muda yang berapi-api. Ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwa ada baiknya kita bersyukur dengan segala kondisi kita, baik senang maupun susah.

Semua yang tercantum di atas merupakan data terakhir pada saat artikel ini dibuat. Jika ada perubahan/update terbaru yang Anda ketahui, silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaharui. Terima kasih!
Beritahu kami

Advertise with us